Monday, September 27, 2010

Renungan Arti Takdir

Banyak sekali manusia didunia ini terkena musibah dan banyak sekali mengatakan bahwa hal tersebut sudah tertulis dan merupakan takdir dari Allah. Atau kita melihat orang ditangkap polisi dan dipenjarakan atau orang terbunuh, dll, terus kita berkata itu takdir Allah. Kalau di pikir-pikir secara akal sehat, berarti kita mengutuk dan menghujat Allah sebagai penyebab hal-hal yang buruk tersebut atau meletakkan Allah sebagai penjahat dalam hal-hal tersebut. Dimana Allah sebagai Pengasih dan Penyayang dalam hal ini.
Allah menciptakan manusia dengan satu takdir, yaitu akhirat. Allah menganugrahkan kepada manusia 2 sifat dasar yaitu baik dan jahat. Hal-hal yang jahat didukung oleh syetan, sedangkan yang baik didukung oleh ajaran Kitab2 yang diturunkan kepada Rasul2 Allah dan Sunah dari Rasul2 tersebut.
Manusia diberi pilihan oleh Allah antara yang baik dan yang buruk, juga dianugrahkan oleh Nya akal, pikiran dan indera untuk berjalankan mencapai takdirnya, yaitu Akhirat di Surga atau Neraka.
Menuturku tidak ada manusia dilahirkan untuk jahat atau baik sampai dia sendiri memilih salah satu dari jalan itu dan itu merupakan takdirnya. Tapi bila ditengah jalan seorang manusia yang sesat, dengan akal pikiran dan inderanya memohon ampun dengan ikhlas dan meyerahkan diri kepada Nya niscaya Allah maha Pengasih, Penyayang dan Pengampun akan menunjukkan jalan yang baru untuk dia dengan takdir Akhirat Surga.
Tidak ada kata bahwa "saya sudah dilahirkan sebagai orang yang jahat, jadi takdirnya ya Neraka". Hal itu sama saja memasrahkan diri kepada syetan tanpa ada fight atau usaha untuk bertaubat dan kemudian mengutuk Alah dengan mengatakan bahwa "Dia sudah jahat kapada ku memberikan takdir seperti ini".
Didalam Al Quran, diseluruh 114 Surah-nya selalu mengingatkan kita tentang Akhirat dan siksa api neraka dan surga untuk yang bertaubat. Hal itu lah yang selalu mengingatkan bahwa, manusia diberi pilihan untuk memenuhi takdir akhirnya.
Jadi berhati-hatilah berbicara tentang takdir Illahi, karena kalau salah-salah sama saja menhujat Sang Pencipta kita Allah SWT. Musibah-musibah yang kita alami awalnya bukan karena Allah, tapi dari kita sendiri karena memungkiri ketentuan-ketentuan dari Allah SWT.